Minggu, 10 Mei 2015

Dimana?

Nemu dokumen beberapa minggu yang lalu, tercipta karena galau. :3

Aku sudah seperti orang yang menahan pipis. Tidak tahan ingin buang air kecil. Gelisah, ingin segera pergi ke toilet terdekat. Tapi sekarang aku bukan gelisah karena ingin pipis, tentu saja. Sekarang aku gelisah menunggu kabar—baiklah ini agak aneh. Aku sadar aku bukan ingin tau kabarnya, tetapi aku ingin tau apa yang dilakukannya sampai tidak sempat membalas smsku. Aku melirik hp ku sekali lagi. Tak ada. LED nya sama sekali tak berkelapkelip. Bersuara juga tidak. Oh, Tuhan. Cobaan apa lagi yang harus kuhadapi ini?

Ku missed call nomornya. Tetap tidak ada jawaban. Ku coba telepon lagi, kali ini serius, aku ingin bicara dengannya. Menanyakan kenapa dia tidak membalas smsku? Apakah dia sudah bosan dengan semua teks penuh emoticon yang menandakan aku senang sekali berkomunikasi dengannya secara tulisan? Suara cewek itu lagi. Ya, tentu saja yang kumaksud disini suara yang berbunyi nomor yang anda tuju blablabla terserahlah.

Aku tidak menyerah semudah ini. Jadi, aku telepon lagi nomor yang sudah kuhafal di luar kepala itu. Kali ini, suara tulilut yang terdengar. Telepon lagi. Dan cewek itu lagi. Lagi, lagi, dan lagi. Sama. Cewek itu yang menjawabnya. Ayolah! Aku tidak ingin mendengar suaramu, wahai cewek aneh! Aku ingin suaraNYA yang masuk ke dalam telingaku. Dia juga sama salahnya. Sudah tidak menjawab telepon, tidak membalas sms, lagi. Maksudku, kalau kau tidak membalas sms karena kehabisan pulsa, Tak apa! Tapi kalau menjawab telepon, kan, tidak pakai pulsamu? Jadi, apa salahnya mengangkat barang 1-2 menit berbicara mengenai kesibukanmu yang menyita waktu hubungan kita itu?

Harusnya kau ingat, dulu kita sering bercanda tawa disini, saling memberi lelucon yang membuat perut sakit dan mata berair.  Harusnya kau tak akan lupa mengenai perjuanganmu mendapatkanku dan perjuanganku untuk meninggalkan mereka demi kamu. Harusnya kau tahu, bahwa untuk menuju hubungan ini sulit sekali, rasanya sampai ingin mati. Harusnya kau tidak akan tidak tahu mengenai diriku yang sangat pemalu, tidak bisa berkomunikasi secara lisan, hingga jadinya sangat kangen dengan sms-sms mu yang menghibur dan memberiku semangat. Kemana sms kamu itu? Menghilang ke segitiga Bermuda saat dikirim ke nomorku? Jatuh ke laut Jawa seperti Air Asia? Diambil haji lulung? Dibegal? Tidak mungkin, kan?


Hei, tidak mungkin kan, kau tidak punya pulsa sampai 15 hari begini? Kau pasti punya uang, setidaknya lima ribu,  untuk membeli pulsa dan memberi tahuku kalau kau tidak bisa meng-sms-I ku untuk beberapa hari ini. Singkat-singkat juga tak apa! Aku tak peduli, sayang, sungguh! Tapi, cobalah mengerti posisiku sebagai wanita yang butuh kasih sayang, butuh perhatian. Atau jangan-jangan kau ini lupa kekasihmu ini seorang wanita?

Ah, ya. Benar. Aku bukan seorang wanita. Aku cewek. Dan kau tahu kan, apa yang dikatakan orang-orang tentang cewek? Mitos itu, ya, mitos yang mengatakan bahwa cewek selalu benar. Nah, sekarang kau sudah tauatau sudah ingat, terserahlah. Intinya aku ini benar. Dan aku berasumsi bahwa kau selingkuh. Baiklah itu keterlaluan, dan aku yakin itu tidak benar. keyakinanku atas tidak benar itu benar, mengerti tidak? Ya. Kau harus mengerti. Karena itu aku ada asumsi lain, tenang saja. Aku mengira kau melupakanku dan semua kenangan kita. Atau setidaknya berusaha melakukan itu.

Atau jangan-jangan kamu sudah bosan? Ah, baiklah, bahkan bosan terdengar lebih buruk daripada lupa—menurutku. Tunggu, sekarang aku mulai yakin bahwa kamu bosan. Tidak mengherankan sih, kalau dipikir-pikir lagi. Yang kita lakukan hanya itu-itu saja. Ya, maksudku adalah smsan setiap hari. Jadi, benar, ya, kamu bosan? Tunggu, biasanya firasatku itu benar, kok. Aku yakin kamu bosan dan, aku tau itu benar.

Jadi kamu bosan dan kamu menghilang dan tidak meng-sms-i ku  beberapa hari ini untuk menghindariku. Kamu jenuh. Itu wajar. Tapi kamu bisa, kan, mengabariku dulu, memberitahuku kamu ada dimana-dengan siapa-dan berbuat apa. Berlebihan, ya? Baiklah. Cukup memberitahuku kau ada dimana untuk berapa lama saja, aku sudah puas. Yah, setidaknya rasa penasaranku terbayarkan, walaupun jadinya aku akan sangat sedih tanpa sms-mu itu.

Sebenarnya aku tidak terlalu lelah menunggu, kok. dan bahkan tidak berhenti mengharapkan sms-mu. Jadi, kumohon. Hubungi aku sekarang dan katakan kamu ada dimana. Karena aku menyukaimu. Karena aku membutuhkanmu.

Selasa, 25 November 2014

Lulus Sekolah

Kalau ada yang Tanya, Menurutmu penting ga sih, lulus dari sekolah?

Aku mungkin akan bengong untuk beberapa saat.
Pertama, aku nggak menyangka ada yang menanyakan hal seperti itu.
Tentu saja itu penting, bukan?
Memangnya kita mau terus-terusan di sekolah itu untuk setahun kedepannya lagi?
Kalau aku sih, tidak. Belajar lagi selama berbulan-bulan dengan adik kelas?
Tidak, terimakasih.
Jadi, menurutku lulus itu penting.
Tapi, lulus dengan nilai yang indah dipandang mata itu lebih penting.
Percuma saja kita lulus dengan nilai yang pas-pasan.
Kata guruku, yang menentukan kelulusanku adalah 50% nilai sekolah dan 50% nilai UN.
50% nilai sekolah itu gabungan dari nilai raport semester 1 s/d 5 dan nilai ujian sekolah.
Bisa dibayangin kan, betapa bermaknanya hasil jerih payah selama hampir 3 tahun untuk mendapat ilmu dan nilai—terutama nilai—itu?
Walau hanya 50%, tapi tetap saja kan, itu sangat berarti?
Maksudku, tahun ini sudah berubah.
Dulu, hanya 30% nilai sekolah yang turut andil dalam menentukan lulus atau tidaknya siswa.
70% nya tentu saja ditentukan nilai UN yang di dapatkan selama KURANG DARI SEMINGGU itu.
Sungguh tidak adil jika waktu KURANG DARI SEMINGGU adalah 70% dan waktu HAMPIR 3 TAHUN hanya 30%.
Untunglah, menteri yang sekarang sudah lebih menghargai jerih payah pelajar.
Selama ini—jujur saja—nilaiku belum cukup indah dipandang mata.
Jadi, untuk menyambut kelulusan, rasanya aku tidak berani.
Tapi tentu saja aku harus bertemu kelulusan. Aku harus lulus. Ralat. Aku harus lulus dengan nilai yang bagus.
Baiklah jadi kenapa lulus itu penting?
Menurutku, lulus merupakan perjalanan akhir sekolah yang kita tempuh saat itu.
Yang bikin kelulusan jadi bermakna adalah prosesnya.
Yep, proses kita belajar untuk mendapat ilmu, ilmunya diingat lagi untuk dijadikan nilai a.k.a ujian itu yang bikin lulus jadi bermakna.
Setelah berhari-hari belajar, makan di kantin, mengerjakan tugas, dan kerja kelompok, kemudian mendapat nilai yang tinggi sebagai hasilnya,
Dan akhirnya lulus karena nilai tinggi itu… wahh rasanya sudah bagaikan surga dunia saja.
Intinya, kelulusan memiliki arti yang penting. Penentuan dari hasil yang sudah dikumpulkan berhari-hari, berbulan-bulan itu yang membuat
Kelulusan menjadi bermakna. Ya, di kelulusan, nilai yang kita dapatkan dari usaha kita ditentukan. di HARGA i.
Tetapi yang perlu diingat disini, tentu saja kelulusan menjadi lebih bermakna apabila kita lulus dengan nilai yang memuaskan—sepeti yang aku bilang tadi.
Cara kita memaknai kelulusan itu… bagaimana ya? Yang utama sih bersyukur kepada Tuhan, kemudian rayakan dengan apasaja.
Kita tentu boleh merayakannya. Lulus itu bermakna, bukan? Tidak salah, kok kalau kita makan-makan, nraktir temen, foto-foto, untuk merayakannya.
Tapi jangan juga terlalu boros, ingat di masa depan kita masih menghadapi hal yang lebih serius lagi dari kelulusan sekolah.
Merayakannya tidak harus makan-makan juga loh. Bisa juga kita mengadakan giveaway untuk memaknai kelulusan kita, supaya bikin orang lain—yang menang—seneng juga.
Hehehe.